Kisah dari Salalah: (21) Jalan 23 Juli dan catatan2 kecil
Ditengah kota Salalah ada jalan yg dinamai 23 July Street (Jalan 23 Juli). Meskipun jalannya kecil, arti tanggal ini ternyata penting.
Dipagi buta tgl. 23 Juli 1970, Sultan Said bin Taimur yang berkuasa dikunjungi oleh kerabat nya dan (seorang) perwira Inggeris. Pengunjung ini meminta Sultan untuk melepaskan tahta nya dan pergi meninggalkan Al Hisn Palace - Salalah. Menyadari bahwa suatu kudeta sedang berlangsung, Sultan mencabut pistol nya dan mencoba melawan. Perlawanannya gagal, Sultan melukai dirinya sendiri dengan pistolnya, dan akhirnya harus melepaskan tahtanya.
Puteranya, menggantikan kedudukannya sebagai penguasa the Sultanate of Oman dengan gelar Sultan Qaboos.
Sultan yang lama dianggap terlalu konservatif, dan yang baru dianggap cukup progresif serta lebih mudah bekerjasama dengan Inggeris.
Bagi yg tertarik mengetahui 'apa kata orang Barat' ttg perubahan yg terjadi, a.l. bisa menjaringnya dari link DISINI atau DISITU. Sedangkan deklarasi pertama Sultan Qaboos segera setelah pergantian kekuasaan bisa dibaca DISINI.
Saya melihat adanya kemiripan antara kisah pergantian penguasa di atas dengan pergantian penguasa di Qatar thn 1972 atau Emirate of Abu Dhabi thn 1966. Mungkin kebetulan. Dan mungkin memang 'James Bond' tidak cuma aktif di film-film. Wallahu'alam.
Yang kita amati adalah setelah pergantian penguasa di tahun 1970 itu, Oman berkembang lebih pesat hingga menjadi seperti sekarang ini.
-----------
Sekembali dari mata air Ain Razat, kami memasuki kota Salalah dari arah Timur dan langsung menuju tempat pencucian mobil yg manual. Memang kami lihat ada tempat cuci mobil automatik di dekat Haffa House (tempat kami menginap), tetapi sedang rusak.
Sambil menunggu giliran mobil dicuci, saya sempat ngobrol-ngobrol dengan pemuda Oman yg juga mencucikan mobilnya disitu. Pemuda itu, sebut saja namanya M, cukup fasih berbahasa Inggeris. Rupanya ia lulusan akademi perhotelan, asal kota Ibri tetapi bekerja di dinas pariwisata Muscat.
Darinya saya mendapat kesan bahwa ia bangga akan kemajuan / modernisasi yang dicapai Oman sekarang. Saat itu ia mengenakan baju kandura hijau tua dan memakai topi / cap baseball warna putih. Yang tradisionil dan yang modern dikenakan ditubuhnya dengan nyaman. (Saya sungkan mengambil foto nya).
Dari M saya baru tahu mengapa banyak tenda biru di tanah lapang sedikit di utara kota Salalah, dimana mobil-mobil diparkir di dekatnya. Rupanya banyak orang Salalah memanfaatkan Khareef season / musim turis, dengan jalan menyewakan rumahnya kepada turis. Sedang pemilik rumah camping saja dengan tenda biru di utara kota. What an idea ..........
M juga memberikan nr. hp nya. Just in case saya memerlukan untuk menyewa rumah yang disewa ayahnya bersama keluarga besarnya di Salalah.
Ayahnya senang menyewa rumah diwilayah Dahariz (Salalah Timur Laut). Supaya dekat dengan Shir, tempat yg rimbun dan sejuk utk piknik.
----------
Tetapi saya amati ada juga nilai tradisionil yg terus dijaga orang Salalah. Seperti yang saya lihat pada seorang yang agak tua, yang selalu duduk di dekat lift Haffa House Hotel yang kami tinggali. Ia sering memandang kami (yang mondar-mandir ke / dari lift) dengan tajam. Ia berpakaian kandura putih, bersorban Omani dan tangannya terus menghitung biji tasbih nya.
Ketika saya tanyakan kepada receptionist ttg siapakah sosok itu. Jawabnya adalah: PETUGAS SECURITY. Wah, rupanya petugas security di hotel tidak berseragam security dan hanyalah bersenjatakan tasbih !! Mungkin ilmunya tinggi ..... (saya juga tidak berani mengambil fotonya)
-------
Rahasia suara aneh di luar mobil yg terdengar selama perjalanan dari Nizwa ke Salalah akhirnya terpecahkan. Dengan bantuan montir Pakistan di bengkel tambal ban dan komunikasi via bahasa 'tarzan gurun' ditemukanlah bahwa besi penutup / cap ujung poros roda kiri depan lepas. Ia tidak terlihat karena tertutup oleh penutup luar. Jadi cuma terdengar bunyi kelitrik2nya saja.
Setelah cap tsb. dipasang kembali, bunyi-bunyian yg mengilik rasa penasaran itu hilang sudah.
---------
Untuk menghemat pengeluaran ada saja ide. Antara lain dengan tidak mencucikan pakaian kotor di hotel. Kami mencucikannya di laundry k.l. 500 meter dari Hotel. Kalau kami sebarkan ide kami ke semua tamu hotel, mungkin Haffa House akan berkurang profitnya .....
----------
Membayar bill hotel, tentu lebih ekonomis bila membayarnya dengan Omani riyal. Karena itu kami menukarkan uang Dirham UAE ke Omani riyal di Oman UAE Exchange k.l. 1 km dari Haffa House. Saya kurang beruntung: antrian nya di cashier panjang juga ......
-------
Tidak terasa, besok adalah hari ke enam kami menginap di kota Salalah. Rencananya besok akan ke Shir (tempat piknik rimbun yg ditunjukkan tempatnya oleh M - di tempat cuci mobil) dan sekali lagi lesehan di pantai Mughsail.
(Bersambung)
0 Comments:
Post a Comment
Subscribe to Post Comments [Atom]
<< Home