Kisah dari Salalah: (11) Makam Nabi Umran
Hari sudah sekitar pk. 17.00 saat kami keluar Hotel untuk jalan kaki kearah pantai menuju Lulu Supermarket. Cuaca seperti mendung dan temperatur cukup sejuk untuk ukuran Timteng dimusim panas begini (sekitar 25 C).
100 meter dari hotel, tampak papan penunjuk arah bertuliskan: Mausoleum of an Nabi Umran. Aksara Arab nya yg gundul bisa dibaca 'Umran atau 'Imran atau bahkan 'Amran. Ternyata mausoleum (makam) itu persis disamping kiri kaki lima dimana kami berjalan (tidak perlu menyeberang)
Kami putuskan untuk mengunjungi makam tsb dahulu baru ke super market. Ini supaya tidak repot dengan barang belanjaan dan menghindari suasana gelap di makam nanti.
Maka masuklah kami ke halaman makam yang terasa benderang (tidak angker) itu. Disitu ada masjid kecil yang bersih, dengan beberapa orang sedang mengaji di dalamnya. Disamping masjid terdapat bangunan yang memanjang dimana makam itu berada. Makam tidak berada diarah mihrab masjid, jadi dikala shalat di masjid orang tidak menghadap ke makam. Kedua bangunan tampak terawat dan mungkin sudah dipugar dalam 10 tahun terakhir.
Makam itu sangat panjang. Perkiraan saya 12 meter (konservatif). Tetapi ada yang mengira 33 meter. Silakan memperkirakan sendiri dari foto2 di bawah ini.
Bagi yang berminat, kisah keluarga Imran ini selanjutnya dapat dibaca a.l. pada surah Ali Imran ayat 39-43 dan surah Maryam ayat 16-36 . Benarkah Imran ayah Maryam yg disebut dalam surah Ali Imran tsb. dimakamkan disitu ? Baiklah kita serahkan saja kepada yang lebih ahli. Setidaknya hikmah tentang kisah keluarga Imran yang saleh itulah yang telah siap dipetik. Bamby menunggu di luar bangunan makam. Mungkin maksudnya mencegah fitnah atau menjauhkan diri dari syirik. Semoga Allah selalu membimbingnya dalam membentuk pendiriannya. Saya jadi teringat perjalanan kami bertiga , a.l. ketika ibadah haji (2002) dan mengunjungi makam Rasulullah SAW di Masjid Nabi di Madinah yang sejuk. Juga ketika mengunjungi makam Imam Syafi'i di Cairo (2006) dan makam Maulana Jalaluddin Rumi di Konya (2006). Tingkat penghormatan dan kekaguman terhadap masing-masing tokoh di atas tentu berbeda-beda. Yang selalu dipegang adalah menghindari syirik: Tidak mengharap berkah kepada atau melalui yang sudah wafat. Segenap pinta hanyalah kepada Allah SWT semata. ....................... Setelah berbelanja dari supermarket, kami dapati bahwa pengunjung komplek makam semakin banyak. Malam gelap pun tidak menjadi halangan bagi mereka. Komplek itu memang tidak nampak angker dengan masjid disampingnya. Kami tidak melihat pengemis dan gejala pemujaan makam disitu. Sesampai di hotel kami mengatur-ngatur tempat agar masing-masing bisa tenteram tidur. Kalau kalah cepat, Bamby bisa berhasil membawa lari dan menyembunyikan kaos kaki Papa nya. Besok pagi kami berencana mengunjungi peninggalan kota / benteng Al Balid yang menyembunyikan banyak cerita … ( Bersambung )
Sebelum berangkat dari Abu Dhabi kami sempat mendengar cerita yg bikin penasaran. Bila mengukur makam sekali dari ujung kepala, lalu sekali lagi dari ujung kaki, maka ukurannya tidak akan sama. Karena itu, saya bermaksud mengukurnya dengan meteran. Tetapi rencana batal, karena makamnya tiba-tiba sudah di depan mata. Juga sungkan mengukur dengan langkah kaki atau menghitung ubin, khawatir mengganggu orang yang berdo’a disitu.
Ketika mendengar nama Imran saya tergerak untuk membaca lagi Al Qur’an dan mencari informasi yang berkaitan di internet. Hasilnya k.l. sbb:
Imran tidak secara eksplisit disebut dalam Al Qur’an sebagai Nabi (tidak termasuk nama 25 Nabi yang disebut dalam Al Qur’an). Namun dalam Surah Ali Imran (Keluarga Imran) ayat 36-38 tertulis sbb:
Maka tatkala isteri ‘Imran melahirkan anaknya, maka diapun berkata: “Ya, Tuhanku. Sesungguhnya aku melahirkan seorang anak perempuan; dan sesungguhnya Allah lebih mengetahui apa yang dilahirkannya itu; dan anak laki-laki tidaklah seperti anak perempuan. Sesungguhnya aku telah memnamai dia Maryam dan aku mohon perlindungan untuknya serta anak-anak keturunannya kepada (pemeliharaan) Engkau daripada syaitan yang terkutuk.
Maka Tuhannya menerimanya (sebagai nazarnya) dengan penerimaan yang baik, dan mendidiknya dengan pendidikan yang baik dan Allah menjadikan Zakariya pemeliharanya. Setiap Zakariya masuk untuk menemui Maryam di mihrab, ia dapati makanan disisinya. Zakariya berkata: “Hai Maryam darimana kamu memperoleh (makanan) ini ?” Maryam menjawab: “Makanan itu dari Allah”. Sesungguhnya Allah member rezeki kepada siapa yang dikehendakinya tanpa hisab”.
Siapa pun yang dimakamkan disitu, saya berdo’a agar Allah SWT memberikan rahmat Nya sesuai dengan amal budi baiknya bagi masyarakat sekitar dimasa hidupnya
0 Comments:
Post a Comment
Subscribe to Post Comments [Atom]
<< Home