Kisah dari Salalah: (10) Kota di balik kabut
Dari Thumrait kami meluncur di jalan yang merupakan satu2 nya jalan dari Oman Utara untuk memasuki Salalah.
Setelah 30 menit berjalan dari Thumrait, awan setengah gelap mulai tampak jauh di atas cakrawala. Dhofar mountains range nya sendiri tidak terlalu jelas terlihat.
Jalan terus mendaki ke Jabal Qara dan seperti tiba-tiba saja kami sudah berada di daerah berkabut, dimana ada pos pemeriksaan polisi. Disana mobil2 ngantri untuk diperiksa.
Rupanya mereka hanya perlu melihat SIM, STNK dan Paspor dan mencatatnya.
Kemungkinan, pemeriksaan ini hanya untuk mengetahui siapa saja yang masuk ke kota Salalah (yang dianggap strategis).
Berkas2 kami diperiksa sementara saya berdiri di luar mobil. Baju saya basah karena embun yang menitik.
Pengaruh tsb. merambat dari wilayah Yaman (PDRY) yang saat itu berorientasi sosialis dan menimbulkan pemberontakan di daerah Dhofar (Salalah) khususnya di daerah pegunungan sekeliling Salalah.
Baru thn. 1975, Dhofar War ini dapat diakhiri oleh Sultan Qaboos yang mulai berkuasa thn 1970.
Kadang-kadang harus selambat 10 km/jam. Bikin foto pun menjadi sulit, karena sulit mengambil fokus dan menjepretnya harus kejar2an waktu dengan penyapu kaca (wiper).
Jadi kadang diambil lah resiko dgn menghentikan wiper sebentar, meskipun saat itu saya harus lebih memelototkan mata karena pandangan segera terhalang oleh air keruh dikaca.
Maklum, debu di atas kap mobil ikut turun bersama air embun / hujan. Jarak pandang hanya 15-20 meter.
Di hotel ini kami akan menginap untuk 6 malam. Bamby membantu menurunkan barang-barang, termasuk yang di kap mobil dan kami check in.
(berlanjut)
0 Comments:
Post a Comment
Subscribe to Post Comments [Atom]
<< Home