Friday, September 5, 2008

Kisah dari Salalah: (7) Golden Tulip Nizwa dan Wadi Muaydin

Golden Tulip Nizwa adalah salah satu hotel
dari Golden Tulip (International chain) di Oman. Dibandingkan
dengan yang di Diba/Dabba dan Khasab (Musandam),
hotel yg ini tampak lebih tua, tetapi standar kebersihan dan
pelayanannya OK lah.

Photobucket
Ada seorang pegawai room service (yg baik hati)
dari Indonesia. Ada beberapa pegawai dari Philipines.
Tetapi yang banyak adalah pegawai dari anak benua India.

Photobucket
Seperti di UAE dan Qatar, di Oman pun demikian
banyak pendatang asal India. Karena jaraknya dekat,
pengaruh timbal balik diantara India dan Arab demikian
kerap, bahkan sejak dahulu kala.
Photobucket
Photobucket
Photobucket
Kalau text Arab dibaca dari kanan ke kiri. Maka angka Arab
dibaca dari kiri ke kanan. Konon angka Arab ini berasal
dari India. Sebaliknya, ada bahasa di India / Pakistan (Urdu ?) yang
ditulis dengan aksara Arab. Mungkin seperti Arab Melayu
di Indonesia dulu.
Di depan hotel sedang ada proyek pemasangan pipa 16 inch sepanjang
tepi jalan melalui Birkat Al Mawz dan Sumani gap menuju Muscat.
Mungkin pipa itu untuk memasok air tawar ke Muscat. Pekerja
nya juga banyak yang asal India.
Kemarin kami sempat memberikan nasi briyani dan buah-buahan
kepada pekerja ini sa'at kembali dari Jabal Al Akhdar. Makanan
itu kami dapatkan berlebihan dari keluarga Omani yang juga
yang lesehan di tempat picnic.
Keluarga yang ramah itu berasal dari kota pantai, Sohar.
Ketika saya tanya, apakah pelaut Sindbad betul berasal dari Sohar,
Bapak nya menjawab sambil senyum:
Ya. Mungkin saya adalah keturunannya.
.................................
Kesempatan bersama di satu kamar hotel,
saya gunakan untuk ngobrol kesana-kesini dengan Bamby.
Terutama sehubungan dengan pengalaman tahun pertamanya
sekolah / tinggal jauh dari ortu nya.
Dari situ saya tahu bahwa a.l. Bamby masih ingat sedikit2
akan cerita wayang (Pandawa) yang saya ceritakan waktu
ia masih kecil.
Temannya di kampus Education City yang asal India,
katanya cukup heran ketika Bamby juga tahu tentang
kisah Pandawa.
Students di Education City kuliah di branch campus Texas A & M
(sekolah Bamby), Carnegie Melon, Weill Cornell, Virginia Commonwealth
dan Georgetown universities. Emir Qatar 'memborong pulang' univ2
yg berbasis di US ini, daripada melepas puteri2 Qatar sekolah di US.
Kalau sholat jum'at, Bamby selalu pergi (dg bus
khusus dari kampus) ke Mesjid Fanar di pusat kota lama Doha,
yang khotbahnya dalam bahasa Inggeris. Setelah
sholat dia sering ikut tanya-jawab dengan khatibnya,
sehingga jadi paling akhir masuk ke bus untuk
kembali ke kampus nya.
Sebagai ortu tentunya senang juga bila ada nilai
yang masih diingat anak kita. Apalagi bila menelurkan
sikap santun dan keberuntungan-keberuntungan.
Bamby cerita bahwa temannya orang Qatari,
telah baik hati mengantarkannya dari
dormitory nya ke airport saat mau 'mudik' dari
Doha ke Abu Dhabi. Di saat ini belum ada
kendaraan umum dari Education City ke
airport. Alternatifnya adalah telepon taxi
(dan ini tidak bisa karena temannya tadi
mendesak untuk mengantarkannya).
Juga tentunya kita senang bila ananda bisa
naik tingkat dan sudah mengantongi beberapa
kredit untuk tahun akademik berikutnya.
Ketika ditawari, ananda tidak minta hadiah apa2 utk
achievementnya. Terharu juga.
Setelah menggali isi hatinya lebih lama barulah saya tahu
apa yang sudah lama diinginkannya.
Benda itu bukanlah benda lux, namun langka. Dan saya akan
berusaha untuk mendapatkannya (untuk Bamby).
Mudah-mudahan bisa memacunya untuk lebih giat
sekolah di jurusan perminyakan yg dipilihnya.
Kadang diwaktu-waktu seperti inilah kita bisa mengenal lebih
jauh mengenai dunia anak kita. Maklumlah,
saya generasi wayang, ibunya generasi rock
dan anaknya generasi animee ......
Kami juga bersyukur karena sekarang Bamby tampak
lebih enjoy / appreciate untuk pergi mengembara bersama
Papa / Mamanya (dibanding ketika masih sma dan tinggal
bareng kami). Meskipun tidak ada teman sebayanya
dalam 'rombongan' kami.
Dan terjadilah kisah cinta segi tiga diantara kami.
Bila yang dua terlalu dekat, maka yang ketiga mengganggu
(seperti melompat2 ....) karena minta perhatian.
Dulu, ketika kami liburan ke Bali, Bamby
kecil suka duduk bersila di pasir pantai ala budha.
Ketika visit ke Mesir dia suka menari
model posisi Tutankhamun di lukisan: satu tangan
ke atas, satu tangan membentuk ekor ke bawah
Sekarang dia sudah berhasil menciptakan tari kepiting .....
gerak menyamping (gedam gedebum bunyinya).
Cukup bisa menghentikan pembicaraan Papa /
Mama nya (bila sedang rukun mesra).
Dan diam2 rupanya ibu dan anak udah bersekongkol
untuk melaksanakan suatu 'tugas suci' menjatuhkan
sang ayah (yang lebih kecil dari anaknya) dari
tempat tidur ............
(dalam hati saya merasa sangat bersyukur
bahwa mereka demikian dekat satu sama lain;
meskipun bisa ada tangis Bombay di saat mereka
harus pisah rumah untuk pertama kalinya)
----------------------
Malam kedua di Nizwa, saya masih selamat dari
usaha persekongkolan itu dan setelah sarapan pagi
kami berangkat menuju Wadi Al Muaydin
(atau Wadi Al Meaden seperti tertulis di papan
penunjuk jalan).
Photobucket
Wadi ini kami pilih karena dekat dengan hotel
dan hanya masuk k.l. 6 km dari jalan black top.
Mulanya kami mengikuti jalan ke Jabal Al Akhdar
yang kemarin, melewati fort Birkat Al Mawz,
tapi setelah 3 km (sebelum pos pemeriksaan polisi)
kami turun ke Wadi (Creek) di sebelah kiri.
Photobucket
Sebelum masuk Wadi Muaydin, kami hentikan mobil
sebentar untuk ngeset Odo meter B ke nol. Ngeset nya musti
dalam keadaan berhenti, kuatir kalau Odo meter nya
protol (rusak).
Wadi adalah tempat terendah diantara dua dinding
ngarai, tempat lalunya air bila ada hujan di bahagian hulu.
Tetapi karena jarang sekali hujan, pada umumnya
Wadi-wadi ini kering dan menjadi jalur lalu lintas
ketika dulu belum ada jalan aspal.

Buku-buku panduan off road selalu memperingatkan
bahwa bahaya utama di Wadi adalah bila ada
air bah (flash flood) saat ada hujan di hulu.
Ini karena air tsb. sedikit yang meresap ke bumi
(karena dasar wadi berbatu / padat) dan mengalir
ke hilir dengan cepat.
Kami memperhatikan keadaan langit yang berawan
dan berdo'a agar tidak terjadi hujan di hulu
(sembilan hari kemudian ternyata daerah di sekitar
Nizwa ini hujan besar).
Ukuran batu di dasar Wadi tidak
terlalu besar dan tidak terlalu halus. Tekanan
roda kami biarkan seperti semula: 32 PSI
depan dan belakang.
Debu beterbangan di belakang mobil ketika kami melaju
di dasar Wadi. Beberapa mobil berpapasan dg kami,
sehingga cukup membesarkan hati (di Wadi Wurayyah,
UAE tahun lalu, tak seorangpun kami jumpai. Dan
semua terasa sunyi mencekam).
Mobil-mobil (sedan) itu berjalan lebih kencang dan non 4WD pula !
Ada harapan berarti medan di hadapan kami tidak terlalu
berat.
Ketika Odo meter B menunjukkan angka 6, kami menemukan
oasis yang ditumbuhi pepohonan kurma. Juga kami lihat
banyak mobil berhenti disekitar pohon-pohon rindang
di Wadi tsb.
Photobucket
Kami bergegas putar arah ketika semua pohon rindang di depan
ternyata sudah diduduki turis2 lain. Rupanya tempat ini tujuan yang
populer juga di saat week end. Dan kami harus berburu
untuk menduduki satu2 nya pohon rindang yang belum
'dikuasai' orang.
Photobucket
Kami explore sedikit dan menemukan air jernih mengalir
di Falaj (saluran air untuk pengairan).
Photobucket
Photobucket
Setelah picnic dan tiduran, kami kembali ke hotel.
Malamnya sempat melancong ke arah Nizwa untuk
membeli beberapa keperluan dan ayam panggang.
Orang Oman termasuk kental agamanya terutama
di wilayah pedalaman (Nizwa) ini. Supermarket
dimana kami belanja menampilkan surah
surah Al Quran dengan lengkap di atas pintu masuk
utamanya.
Photobucket
Cari ayam panggang setelah maghrib rupanya tidak mudah.
Satu setengah ayam panggang, harus kami beli di tiga warung terpisah
(masing2 setengah ayam). Kalau kambing panggang banyak
tersedia.
Malamnya saya mempersiapkan 'posisi bertahan',
supaya tidak berada di lantai ketika bangun pagi.
Sementara komplotannya senyum-senyum
saja.
Seperti biasa saya tidur memakai kaos kaki
penghangat (selalu kedinginan). Sementara
Esther mengeluarkan kakinya dari selimut
(kepanasan). Asam di gunung, garam di laut,
ketemunya dulu di ........
tempat mahasiswa kerja praktek.
Besok kami akan bongkar sauh menuju kota
Al Ghaftain yang lokasinya di tengah gurun
di antara Nizwa dan Salalah.
(semoga bersambung)

0 Comments:

Post a Comment

Subscribe to Post Comments [Atom]

<< Home