Sunday, August 24, 2008

Kisah dari Salalah: (2) Persiapan perjalanan



Persiapan perjalanan menuju Salalah kami lakukan
jauh-jauh hari sebelumnya.

Hari keberangkatan dan lama perjalanan bergantung
pada banyak hal, a.l. ijin cuti dari kantor dan
awal tahun akademik anak kami Bamby (fall semester 2008)
di Texas A & M Univ. di Qatar.

Juga, apakah Bamby bisa masuk keluar border
UAE - Oman di Al Ain / Buraimi, bolak balik bersama kami.
Pasalnya, Bamby tidak lagi punya residence visa
UAE dan multiple entry Visa untuk UAE baru
akan mulai diberlakukan tgl. 1 Agustus 2008.

Akhirnya tersusun itinerary perjalanan sbb:
Tgl. 29 July berangkat dari Abu Dhabi,
3 malam menginap di Nizwa (Oman),
1 malam stop di Ghaftain,
6 malam di Salalah,
1 malam stop di Ghaftain,
2 malam di Seeb / Muscat,
Tgl. 11 Agustus kembali ke Abu Dhabi.

Sementara Esther mencatat dan mempersiapkan
logistik (termasuk meals, panci dan kompor .... ?)
yang diperlukan. Saya mempersiapkan
paper works dan booking/hunting accomodations nya.

Kami bisa reserve di hotel Golden Tulip Nizwa, untuk
istirahat dan explore Nizwa area dan Jabal Al Ahdar
(Gunung Hijau).

Visa untuk Oman bisa didapatkan dari Oman embassy
di Abu Dhabi dengan membayar 30 UAE Dirhams per orang.
(60 Dhs untuk bamby / non UAE residence). Max. 24 jam
selesai.

Stop di Ghaftain (kl. 470 km dari Nizwa) kami anggap perlu,
karena kami tidak ingin menempuh Nizwa - Salalah (863 km)
dengan terburu-buru. Jalan nya dua arah, melalui
padang pasir melulu dan ada teman sekantor yang
bilang bahwa kondisi jalan kurang baik / berbahaya.
Belum lagi bila nanti memasuki wilayah berkabut sebelum
mencapai Salalah.

Tidak ada hotel (dan restoran padang) di Ghaftain yang di
tengah padang pasir ini.
Untung kami menemukan nr telepon
Ghaftain Resthouse setelah searching di
internet berhari-hari. Beruntung pula,
kami bisa book kamar di Resthouse yang cuma
berkapasitas 15 kamar tsb.

Setelah memilah-milah logistik yang perlu
dibawa, terasa bahwa space di bagasi mobil
tidak akan cukup. Akhirnya kami memutuskan
untuk memasang bagage rack di atas kendaraan
beserta kantung penutup dan webbing (tali-temali) nya.
Foto sesaat sebelum berangkat terlampir.

Apakah bagage rack ini bisa bertahan,
pada kecepatan tinggi dan badai gurun,
sampai Salalah ?

(inshaallah masih bersambung)

0 Comments:

Post a Comment

Subscribe to Post Comments [Atom]

<< Home