Monday, September 1, 2008

Kisah dari Salalah: (6) Jabal Al Akhdar & Lady Diana's View Point

Bangun pagi di Nizwa terasa menyegarkan. Apalagi fasilitas di kamar mandi semua bekerja baik (kadang2 bisa ada saja yang macet bukan ?).

Esther telah menyusun dan membagi pakaian / barang2
dalam beberapa tas terpisah (sebelum berangkat
dari Abu Dhabi) sedemikian rupa, sehingga 'keberantakan'
di kamar hotel bisa diminimalkan.

Pakaian yang akan kami pakai di Salalah dan Seeb misalnya,
sudah dipisahkan di tas tersendiri.
Ternyata penting juga mengingat atau mencatat, di tas mana
benda anu berada.
Supaya tidak perlu membongkar
semua tas untuk mencari gunting kuku atau rexona misalnya.

Sehabis breakfast, kami siap-siap berangkat ke Jabal Al Akhdar.
Koordinat-koordinat yang diperlukan kami set di GPS.
Termasuk koordinat Golden Tulip Nizwa sendiri (untuk
memudahkan perjalanan kembali ke hotel). Odo meter B
kami set ke nol untuk memudahkan menghitung, berapa
jauh kami berjalan hari ini dan dimana kami harus berhenti bila
record peta jalan belum updated di GPS.

Pauline Searle menulis dalam Dawn over Oman:
... it is the mountain that give Oman its character,
it is the mountains that the traveller remembers and can never quite
forget - the mountains that rise sheer for thousands upon thousands of feet,
that are cut through by gorges no wider than a camel's breadth .......

Selama jutaan tahun (dulu) Oman berada di dasar laut. Kemudian
desak mendesak diantara lapisan-lapisan batu yang terjadi
ratusan tahun mendorong keseluruhan rantai pegunungan
muncul kemuka bumi.

Ophiolite muncul dari kerak (mantel) bumi dan membentuk bagian
yang disebut Jabal Al Akhdar (the Green Mountains).
Secara teknis, sebenarnya Jabal Al Akhdar masih wilayah militer.

Udara yang sejuk dan landscape yg bergunung ideal untuk
latihan militer tentara Sultan Oman (SAF) sepanjang tahun.
Namun kepentingan turisme telah menjadikannya daerah ini
mulai terbuka.
Sejak October 2005, ijin khusus utk mengunjungi
Jabal Al Akhdar tidak diperlukan lagi.

Dari peta di buku Oman Off-Road kami menemukan tempat bernama
Sayq (dekat military installation) dan Diana's View Point
di Sayq plateau. Kami bermaksud menuju ke kedua tempat itu.

Mobil telah di 'kinclong' kan Esther pagi2 dan kami mulai bergerak
ke arah Jabal Al Akhdar melalui sebuah benteng (fort) di desa Birkat Al Mawz ('banana pools') yang berkoordinat GEO 22 derajat 55'21"N 57 derajat 40'04"E .
5.5 km dari Birkat Al Mawz ada pos pemeriksaan polisi.

Kami diminta menunjukkan SIM dan STNK. Hanya
kendaraan 4WD (4 X 4) yang diijinkan terus naik.

Terlihat banyak kendaraan non 4WD diparkir di pos itu.
Rupanya penumpangnya join dg kawannya yg ber 4WD
(atau menyewa 4WD) untuk bisa melancong ke atas.

Pak polisi mengharuskan agar saat turun gunung nanti
kami memakai low 4WD gear. Wah ....
hati kebat kebit juga. Seberapa curam sih.

Jalan terus mendaki dan berkelok-kelok.
Challenges nya adalah bila didepan kita ada truk yang
strugling karena beratnya beban.
Menyusul dilarang,
sementara kita harus menjaga momentum /
kecepatan dengan transmisi / versneling otomatik ini.

Entah berapa derajat curamnya lereng pendakian.
Tapi saya pernah sedikit kuatir saat mobilnya
seperti tidak mau maju lagi.
Alhamdulillah, tidak perlu menarik rem tangan untuk mencegah
mundurnya mobil ke belakang.

Untungnya kondisi jalan black top / mulus (tidak seperti pendakian
ke Jebel Harim - 2087 m di Musandam Governorate tahun 2007 yl,
yg jalannya masih gravel).
Bamby dan Esther bisa menikmati pemandangan aneka rupa lapisan batuan (yang kadang seperti kue lapis) saat nanjak.

Kalau saya geologist, mungkin mata lupa menutup, menikmati
seksi nya batuan-batuan yang tersingkap dan telanjang.

Mereka mengambil foto-foto dari dalam
mobil.
Papan petunjuk warna coklat menunjukkan ketinggian
beberapa view points. Tempat tertinggi yang kami
capai dengan mobil sekitar 2200 m di atas
muka laut.

Singkat cerita, kami dapat menemukan Saiq
dan instalasi militer. Bendera2 kecil merah menandai
tempat latihan tempur di instalasi tsb.
Dan tulisan warning,yang artinya k.l. 'bila menemukan benda asing jangan diambil'.
Wah, apakah banyak granat macet bertebaran ?

Rupanya di tempat ketinggian ini banyak juga
desa-desa bertebaran.
Pemerintah Oman menyediakan
sarana jalan yang mulus, listrik dan sekolah untuk anak-anak.
Villa, Rumah Sakit dan Hotel pun ada.

Bukankah demikianlah seharusnya daerah frontier (ex si anak hilang)
di bangun oleh setiap pemerintahan ?

Diana's View Point agak sulit kami temukan.
Tetapi terus kami cari dengan rasa penasaran, karena
di Off-Road Oman tertulis:
'After her visit (by helicopter) in 1990, Princess Diana's
name somehow got attached to this marvelous promontory
with commanding views.
The villages and terraces of Al Aqur, Al Ayn and Ash Shirayjah
are clearly seen ....
This is also the most popular place to camp ...

Akhirnya tempat ini kami temukan juga.
Desa2 ber teras2 itu sangat menarik. Apalagi bila
sedang disinari matahari yang menembus awan.

Hari itu kami lesehan makan siang di suatu tempat
istirahat (rest area) yang diteduhi pepohonan
dan terawat rapi.
Angin sepoi-sepoi dan temperatur
udara sekitar 23 C membuat kami sempat tertidur
ditikar.

Setelah bangun, kami menyuapi kambing2 yg tampak kelaparan
, dengan kulit pisang dan kacang rebus ex Khalidiyah Mall,
Abu Dhabi.
Kambing2 ini memang banyak hidup
di pebukitan Oman dan UAE.


Aneh, jilatan kambing yang mungkin sangat biasa
bagi kanak2 desa di tanah air, terasa sensasionil di tangan2
kami yang jauh dirantau.


Sorenya kami pulang dengan hati senang. Dan hari itu kami tutup dengan berenang di hotel's pool yang hangat (dengan sendirinya) .......

Rencana besok: 'Off Road' ke Wadi Muaydin.

(inshaAllah nyambung)

0 Comments:

Post a Comment

Subscribe to Post Comments [Atom]

<< Home