Thursday, December 4, 2008

Kisah dari Salalah: (19) Sadh di teluk kecil

Tujuan kami mengunjungi Sadh (atau Sadah) adalah sekedar penasaran apakah betul di kota tsb. bisa diperoleh abalone (sea food). Mungkin bisa kami nikmati sekalian untuk makan siang.

Menurut sebuah website pariwisata:

.........
Sadh come alive during the abalone season. Abalone, referred to as sufailah locally is often called as the “food of the gods” and the steak of the sea. It is fished locally during the limited season when it is permitted and dried and exported to countries in the Far East. Over fishing of the abalone has resulted in a major depletion of stocks and efforts are on to replenish the stocks by limiting the season.

Abalone divers are given licences for the conduct of diving by the Ministry of Fisheries and Agriculture. There are no special tools or equipment that is required and the best divers are clearly those who can hold their breath while the abalone is prised out from the rock. The divers have no special training but the one rule that they must all adhere to is to ensure that the rocks are left intact while harvesting the abalone. Overturning or shifting the rock disturbs the developing abalone, uproots the algae and pulls the curtain down on both the species and the business.

(Bagi yg belum tahu, bentuk abalone yg akan dimasak bisa dilihat di link INI).

Ternyata perjalanan ke Sadh terasa menjadi lama. Mungkin karena pemandangan tidak bervariasi dan perut sudah lapar.

Akhirnya kami mencapai Sadh, yg terletak di sebuah teluk (cove). Kotanya terlihat lebih resik dan hidup ketimbang Mirbat, meskipun tidak sebesar Mirbat.

Kami menemukan sebuah bangunan tempat beristirahat ditepi teluk dan mekan siang disitu. Setelah perut kenyang, kami bisa menikmati kedamaian suasana di teluk itu untuk beberapa lama.
Sesekali kami lihat boat yang datang dari laut, berlabuh dan berangkat lagi.

Setelah cukup beristirahat, kami berkeliling dan bertanya kepada beberapa penjaga toko, dimanakah kiranya kami dapat memperoleh abalone. Mungkin karena keterbatasan komunikasi, kami tidak memperoleh jawaban yg jelas. Kami baru tahu kemudian, bahwa abalone dalam bahasa setempat disebut sufailah.

Dari Sadh kami langsung kembali menuju Salalah, karena hari sudah sore. Mudah2an dalam kunjungan lain kali, kami bisa menemukan abalone dan mengunjungi makam di Hasik, yang dipercaya sebagai makam Nabi Saleh a.s.

Untuk acara keesokan harinya (hari ke 5 di Salalah) saya serahkan kepada Bamby utk memilih tujuan dan memandu perjalanan mencapai tujuan tsb.

(bersambung)

0 Comments:

Post a Comment

Subscribe to Post Comments [Atom]

<< Home