Monday, September 22, 2008

Kisah dari Salalah: (12) Al Balid Archeological Park

Setelah sarapan di hotel, kami bergerak melalui jalan kecil dengan deretan pohon kelapa yang rindang dikiri-kanan jalan.
Tiga puluh menit kemudian kami sudah sampai di hadapan gerbang Al Balid Archeological Park. Dalam aksara Arab gundul, untuk 'lid' nya dipakai huruf ya dibelakang huruf la (long vowel), maka transliterasi ke tulisan latin bisa menjadi Al Baliid (di Indonesia) atau Al Baleed (di negara-negara Gulf).
Peta Salalah yang diterbitkan Governorate Dhofar - Sultanate Oman menuliskannya dengan Al Balid. Asal ketika mengucapkan 'lid' nya dipanjangkan, orang Salalah akan mengerti site yang kita tuju. Di peta tsb. ada keterangan mengenai Al Balid sbb:
This is a site of archeological importance. Ibn Batutta , 14th century explorer, was impressed with this once flourishing place and described it as a beautiful city. Founded in 11th century AD, it was acenter of commerce which spread for at least one kilometer along the beach. Part of the great mosque, and parts of the palace are some of the remains to be seen.
Menarik bahwa tentang Zafar (Dhofar di site Al Balid sekarang), Ibnu Batuttah menulis a.l. sbb:
Penduduk kota ini baik, santun dan ramah terhadap pendatang. Pakaian mereka terbuat dari katun asal India ..... dst. ..... Karena panas terik, mereka mandi beberapa kali sehari.
Yang aneh, adat penduduk kota ini mirip sekali dengan orang Maghribi (Maroko, tempat kelahiran Ibnu Batuttah). ......... Semua kemiripan ini memperkuat pendapat bahwa suku Sanhajah dan banyak suku lain di Maghribi berasal dari Himyar (kerajaan yg menguasai Arabia Selatan di masa pra Islam).
Sumber: The travel of Ibnu Batuttah (hal. 91).
Sementara itu buku Oman the Seafaring Nation hal. 42-43 menyebutkan bahwa: Marco Polo singgah ke Dhofar, yang kemungkinan dikenal sebagai Al Mansurah dan terletak di site Al Balid sekarang, dan meninggalkan catatan nya pada 689H/1290M sbb:
Dhofar adalah kota raya yang agung dan cantik, dan terletak 500 mil di barat laut dari Esher (Shihr - Yaman) ... ia berada di pantai dan memiliki pelabuhan yang bagus, sehingga ramailah pelayaran antara kota ini dengan India; sehingga pedagang dapat membawa banyak kuda Arab ke pasar itu (India) dengan mengambil banyak untung. ....
Banyak pewangi (incense) putih diproduksi disini. ... Pohonnya mirip fir tree kecil; pohon ini disadap dengan pisau di beberapa tempat, dari keluarlah pewangi tsb. Kadangkala pewangi itu mengalir begitu saja (tanpa disadap) akibat panas terik matahari.
Dan tentang seorang pejabat perdagangan China bernama Chau Ju-Kua yang menulis pada thn. 650H/1252M sbb:
Frankincense comes from the three Ta-shi (Arab) countries of Ma-lo-pa (Mirbat), Shi-lo (Shihr) dan Nu-fa (Dhofar), from the depth of the remoteest mountain valleys. .... It is transported on elephants to the Ta-shi on the coast; who then load it upon their ships for barter against other goods in San-fo-ts'i (the north eastern coast of Sumatera) ... the customs authorities distinguish, according to the relative strength of it's fragrance, thirteen classes of incense.
Saya juga menemukan informasi mengenai Laksamana Haji Cheng Ho (Zheng He) yang singgah di Salalah sbb:
.... Zheng Ho was ordered to make a fourth and most ambitious voyage to Arabia. It wasn’t until late 1413 or early 1414 that Zheng He embarked on his expedition with 63 ships and 28.560 men. The goal of this trip was to reach the Persian Gulf at Hormus, Salalah, Aden, and Jiddah, Hormus then was known as the city of unparalled wealth and goods, including pearls and precious stones that would drew the Chinese voyagers Detachments of this expedition sailed south along the eastern coast of Africa almost as far south as Mozambique. During each voyages, Zheng Ho brought back diplomats from other countries or encouraged ambassadors to visit Nanjing on their own. On each return voyage the fleet anchored at the Malacca base, where provisions, tribute, and gifts were stored in warehouses. From Hormus he fleet proceeded to Salalah, in present day Oman and Yemen.
Sumbernya bisa di klik DISINI.
Semoga foto2 di page ini sudah bercerita dengan sendirinya. Lebih lengkap lagi di bagian PHOTO. Sayang pengunjung tidak diperkenankan memotret di dalam museum yang juga menarik isinya dan tampak profesional penyajiannya.
Kira2 mengapa dilarang motret, ya ? Barangkali supaya bisa menarik pengunjung yang penasaran ..............
Dari Al Balid kami menuju pantai terdekat (Al Haffa beach - 500m sebelah Selatan Al Balid) untuk picnic makan siang karena perut sudah keroncongan. Setelah perut terjamin, baru kami dapat memutuskan: besok akan mengunjungi Makam Nabi Ayub di atas bukit Gadhu.
(bersambung)

0 Comments:

Post a Comment

Subscribe to Post Comments [Atom]

<< Home