Dari Travertine Curtain kami lanjutkan perjalanan ke Timur menuju kota Mirbat. Jalan raya menyusuri pantai yg ditempuh adalah sekitar 40 km.
Saya masih sempat memandang Sumhuram (Khor Rori ancient site) di arah pantai ketika kami melewati jalan masuknya lagi. Dan membayangkan betapa besar dedikasi arkeolog dan dana yang diperlukan untuk memugar / melestarikan peninggalan-peninggalan kuno. Ini seperti ditunjukkan pada explorasi Tomb No. 33 di Mesir dan penyelamatan peninggalan kuno di Irak saat perang teluk II dimulai. Apapun motifnya, pemegang 'bukti sejarah' memang bisa menyusun kisah yang meyakinkan untuk generasi berikut.
Pada sebuah lembah tidak jauh sebelum kota Mirbat, disebelah kanan jalan raya, terlihat bangunan berwarna putih dengan dua kubah di atasnya. Bangunan itu adalah makam seorang syekh (wali) bernama Muhammad bin Ali.
Menurut sebuah website pariwisata:
"Muhammad bin Ali, who is described as a taqi or pious man, established a madrassa in Mirbat and died in the year 1161. The place is well maintained and has many original features some of them dating back to 12th century".
Kami mengunjungi makam tsb. dan melihat bahwa disekitar bangunan nya terdapat banyak sekali makam. Ini menunjukkan bahwa komplek makam ini memang sudah cukup tua.
Saya berpikir, apakah Muhammad bin Ali ini ada hubungannya dengan Wali Sanga di pulau Jawa ? Dan rasa-rasanya saya pernah membaca sebuah silsilah para penyiar agama Islam yang mengandung nama Mirbat. Kalau tidak salah namanya Shohib Marbat atau Shohib Mirbat.
Sekembali ke Abu Dhabi saya coba cari di internet dan menemukan informasi dari website ahlussunnahwaljama'ah Indonesia sbb:
quote:
Al-Imam Muhammad Shohib Mirbath - Ali Khali’ Qasam - Alwi - Muhammad - Alwi - Ubaidillah - Ahmad Al-Muhajir - Isa Ar-Rumi - Muhammad An-Naqib - Ali Al-’Uraidhi - Ja’far Ash-Shodiq - Muhammad Al-Baqir - Ali Zainal Abidin - Husain - Fatimah Az-Zahro - Muhammad SAW
Beliau adalah Al-Imam Muhammad Shohib Mirbath bin Ali Khali’ Qasam bin Alwi bin Muhammad bin Alwi bin Ubaidillah bin Ahmad Al-Muhajir bin Isa bin Muhammad bin Ali Al-’Uraidhi bin Ja’far Ash-Shodiq, dan terus bersambung nasabnya hingga Rasulullah SAW.
Beliau terkenal dengan julukan Shohib Mirbath, yang artinya penghuni daerah Mirbath. Mirbath adalah julukan bagi kota Dhafar lama, suatu daerah berpantai.
Beliau adalah seorang imam yang agung, unggulan di jamannya. Beliau banyak menguasai berbagai macam ilmu dan gemar mengamalkannya. Beliau seorang yang hidup dalam keadaan zuhud dan wara’. Hidupnya penuh dengan ibadah dan berbuat kebajikan. Seseorang yang melihat kehidupan beliau, pasti terkagum akan keindahan akhlak dan kemuliaan sifat-sifatnya.
Selain itu beliau juga seorang yang sangat dermawan dan pemurah. Kedalamannya di dalam menguasai ilmu menjadikan beliau sebagai seorang guru yang agung. Dengan kemuliaan dan kebaikan kehidupannya, muncullah di dalam diri beliau berbagai macam karomah.
Beliau aslinya berasal dari Hadramaut, kemudian memutuskan tinggal di Mirbath. Banyak para ulama yang berhasil dalam didikan beliau dan akhirnya menjadi ulama-ulama besar. Diantaranya adalah 4 putra beliau sendiri, yaitu Alwi, Abdullah, Ahmad dan Ali (ayah dari Ah-Fagih Al-Muqaddam). Selain itu ada juga beberapa ulama lainnya seperti Asy-Syeikh Muhammad bin Ali (yang disemayamkan di kota Sihr), Asy-Syeikh Al-Imam Ali bin Abdullah Adh-Dhafariyyin, Asy-Syeikh Salim bin Fadhl, Asy-Syeikh Ali bin Ahmad Bamarwan, Al-Qadhi Ahmad bin Muhammad Ba’isa, Asy-Syeikh Ali bin Muhammad Al-Khatib.
unquote:
Kutipan diatas menunjukkan bahwa Shohib Marbat bernama Muhammad bin Ali Khali' Qasam.
Dari website lain juga diketahui bahwa Shohib Marbat wafat pada thn. 556 H. Kalau saya hitung hitung bahwa tarikh Hijri dimulai saat Rasulullah SAW hijrah dari Mekah ke Madinah (thn. 622 M) dan ada 354 hari dalam satu tahun Hijri, maka thn. 556 H bertepatan dengan 622 + 556 (354/365) = 622 + 539 = 1161 M. Sama dengan tahun yg disebut oleh web site parawisata di atas !
Jadi makam yg kami kunjungi itu kemungkinan besar adalah makam Shohib Mirbat, keturunan ke 16 dari Rasulullah Muhammad SAW melalui puteri beliau (Fatimah As Zahra).
Selanjutnya, dalam tulisan mengenai dakwah kaum Alawiyin dalam blog seorang warga Sabah Malaysia , yg menyarikannya dari Syarh Al-Ainiyyah karya Al-Allamah AlHabib Ahmad bin Zain Alhabsy Ba'alawy,